Malam telah menjadi teman terbaikku
dengan bulan dan bintang menjadi saksinya
bersama nyanyian malam aku menari di bawah cahaya bulan
pepohonan ikut menari bersamaku
dan dedaunan yang berjatuhan menjadi penyanyi terbaik.
Terkadang rintik hujan ikut berdendang bersama dedaunan
menciptakan lagu terbaik yang terdengar merdu
aroma hujan menjadi heharuman
yang turut serta menyemarakan malam-malamku
cahaya bintang yang bersinar terlihat indah
di hamparan langit malam yang berwarna kelam.
Aku adalah pengagum nyanyian malam dan aroma hujan
disetiap malamku selalu ku sempatkan diri
untuk mendengar dendangan sang malam
meski tanpa aroma hujan.
Bidadari Kecil
Berangkat dari kesendirian, dimana disini saya mencari keramaian jiwa untuk berangkat dari hati yang sunyi.......
Sabtu, 29 November 2014
Kamis, 13 November 2014
6 KEBODOHAN YANG BIKIN PENDAKI MATI DI GUNUNG
Mendaki gunung kini menjadi tren. Banyak orang ramai-ramai ikut merayakan tahun baru di puncak-puncak gunung. Melihat matahari terbit untuk pertama kalinya bersama lautan awan dari puncak-puncak tertinggi.
Sayangnya banyak orang mendaki tanpa persiapan dan kemampuan teknis yang cukup. Mereka yang bukan pendaki gunung melakukannya sekadar untuk hura-hura. Karena tak paham aturan, seenaknya saja mencoreti batu. Mengukir nama-nama mereka di pohon serta memenuhi gunung dengan sampah.
Mendaki gunung masuk kategori olahraga berbahaya. Tapi para pendaki pemula memasabodohkan bahaya. Demi memasang foto-foto di sosial media, mereka pergi ke gunung. Tanpa persiapan, asal-asalan dan seringkali sembrono.
Kematian Shizuko Rizmadhani (15) di Gunung Gede Pangrango dan Endang Hidayat (53) di Semeru bukti taruhan mendaki gunung adalah nyawa.
Berikut kebodohan para pendaki pemula yang sering membuat mereka celaka dan meninggal di gunung. Semoga semua sadar, naik gunung jauh lebih bahaya daripada pergi ke mal.
1. Sok jagoan.
Sikap sok jagoan ini nyaris selalu menjadi penyebab utama musibah pada pendaki pemula. Dengan alasan mencari tantangan, para pendaki pemula ini mencari jalur di luar jalur resmi.
Parahnya, seringkali mereka melakukannya tanpa kemampuan navigasi yang baik. Jangankan GPS dan peta topografi, sekadar kompas pun tak bawa. Lalu apa yang diandalkan?
Maka petualangan mereka pun biasanya berakhir di dasar jurang, mati kedinginan di lembah atau ditandu Tim SAR ke rumah sakit.
Membuka jalur baru juga berarti merusak konservasi. Mengganggu hidupan liar dan ekosistem. Para pendaki berpengalaman tak akan melakukannya selain untuk kepentingan penelitian dan ilmu pengetahuan.
2. Buruknya manajemen logistik.
Salah satu masalah pendaki pemula adalah buruknya manajemen logistik. Dalam pikiran mereka, mendaki gunung identik dengan mie instan.
Hal ini salah besar. Mendaki gunung adalah kegiatan berat. Butuh kalori hingga 4.000 kkal per hari. Bayangkan dengan aktivitas sehari-hari yang rata-rata hanya membutuhkan 2.000 kkal per hari.
Kebutuhan kalori yang besar ini didapat dari daging-dagingan berlemak, coklat dan karbohidrat. Tentu bukan mie instan yang sulit dicerna tubuh dan menyerap air dalam tubuh.
Seringkali para pemula mendapati nasi yang ditanak tak matang sempurna. Maka kombinasi makanan mereka jadi nasi keras, mie instan dan ikan asin. Karena tak nikmat, napsu makan pun berkurang. Padahal tubuh butuh banyak masukan untuk tenaga dan menjaga suhu agar tetap hangat.
Dalam kondisi lemas dan lapar inilah sering terjadi kecelakaan. Kurangnya konsentrasi, pingsan hingga kematian.
3. Buruknya pengepakan barang.
Packing atau mengepak barang dalam ransel adalah seni yang harus dikuasai pendaki gunung. Seluruh barang bawaan harus masuk ke dalam ransel. Karena medan sulit, tak boleh ada yang tergantung di luar ransel selain botol air minum. Tangan harus bebas karena memegang walking stick atau berpegangan meniti akar-akar pohon jika dibutuhkan.
Maka lihatlah para pendaki pemula. Dengan panci digantung ke ransel. Tangan menenteng sleeping bag atau jaket.
Ransel mereka tak dilapisi lagi dengan cover bag. Pakaian di dalam ransel tak dilapis plastik.
Jika hujan, semua pakaian, jaket dan sleeping basah. Padahal sangat penting menjaga pakaian ganti tetap kering. Tidur dengan keadaan basah bisa mengakibatkan hipotermia. Inilah penyebab utama kematian seorang pendaki gunung. Suhu tubuh turun karena kedinginan.
4. Pergi dalam rombongan besar
Shizuko Rizmadhani berangkat bersama rekan-rekan pecinta alam di sekolahnya. Jumlahnya 27 orang. Jumlah yang sangat besar untuk pendakian gunung.
Kemungkinan orang tua mudah memberikan izin jika pergi dalam rombongan besar. Orang tua merasa anaknya lebih aman karena banyak yang menjaga.
Padahal salah besar. Rombongan besar justru merepotkan. Makin sulit membagi logistik dan mengatur manajemen perjalanan.
Bayangkan butuh berapa kompor lapangan untuk memberi makan 27 orang itu? Lalu perlengkapan P3K? Siapa ketuanya? Apakah dia benar-benar berwibawa untuk mengatur 27 orang itu?
Masalah yang sering muncul adalah banyaknya konflik. Keinginan anggota yang beraneka ragam dan sikap intoleransi. Lihatlah kasus Shizuko, kemana saja teman-temannya yang banyak itu?
Pendakian ideal, beranggotakan 4 sampai 6 orang pendaki. Pilihlah satu orang untuk memimpin pendakian. Bukan karena dia ketua, tapi memang memiliki watak bisa diandalkan dan leadership.
5. Hipotermia disangka kesurupan.
Pendaki pemula mendaki tanpa ilmu. Berbekal semangat dan tanpa perlengkapan memadai mereka nekat mendaki gunung.
Karena tidak tahu ilmu P3K, maka sering terjadi salah kaprah. Pada penderita hipotermia, korban akan menggigil dan kehilangan kesadaran. Lalu mulai bicara melantur.
Karena nyerocos tak karuan dan sukar diajak komunikasi, teman-temannya menyangka si korban kesurupan. Mereka malah membacakan doa untuk mengusir setan. Inilah yang mungkin terjadi pada Shizuko.
Seharusnya, segera lakukan pertolongan. Ganti pakaiannya dengan pakaian kering. Masukkan dalam sleeping bag yang sudah dihangatkan. Taruh juga beberapa botol air panas di dalam sleeping bag itu. Jaga kondisi lingkungan tetap hangat.
Jika sudah membaik beri makanan hangat sedikit demi sedikit. Hindari memberi kopi atau minuman keras.
Jangan pernah anggap enteng mengepak barang. Ini yang sering dimasabodohkan pendaki pemula.
6. Aku si cepat
Ciri khas pendaki pemula, apalagi yang masih berusia muda adalah selalu bergerak dengan cepat. Mereka selalu tergesa-gesa, menjadikan naik gunung seolah lomba lari ke puncak. Malu menjadi yang paling belakang, karena sering dianggap sebagai yang terlemah.
Karena itu biasanya waktu tempuh ke puncak lebih singkat. Baru setelah perjalanan turun, aneka masalah datang. Kehabisan tenaga, cidera otot hingga kecelakaan dan kehilangan arah menjadi ancaman.
Idealnya, ada seorang sweeper yang berjalan paling belakang. Biasanya orang ini yang paling kuat dan bisa diandalkan. Tugasnya menyapu seluruh anggota tim. Memastikan tak ada yang keteteran atau tertinggal di belakang.
Namun dalam rombongan pendaki pemula, tak ada yang mau menerima tugas ini. Jadi sweeper dianggap hina. Menjadi paling pertama sampai puncak dan pertama turun ke kaki gunung jadi tujuan utama.
"Aku si cepat. Tanpa sadar kutinggalkan sahabatku yang kelelahan mati di gunung."
Semoga bermanfaat buat sobat2 petualang.....
Dan jangan pernah sekali - kali mencoba menantang alam...
Salam Lestari........
Sumber: http://www.merdeka.com/peristiwa/6-kebodohan-yang-bikin-pendaki-mati-di-gunung.html
Selasa, 11 November 2014
PERTOLONGAN PERTAMA PADA STROKE
Orang yg kena STROKE
mendadak (jatuh dr WC dsB), pembuluh darah ke otak akan pecah sedikit demi
sedikit. Ingat,untuk mengatasi hal ini janganlah gugup/panik. Jika korban
berada di tempat kejadian seperti dikamar mandi/ruang tidur/ruang tamu dll.
JANGAN dipindah2kan ke tempat lain, karena akan percepat pecahnya pembuluh
darah, dan janganlah sampai dy terjatuh lg. Caranya adl dengan mengeluarkan
darah korban dgn menggunakan jarum yg telah dibakar/disteril yg kemudian
ditusukkan ke ujung setiap jari masing2 sampai darahnya keluar± 1-2 tetes.
Kalau darahnya tidak keluar dapat diurut sampai keluar, sesudah itu korban akan
sadar setelah beberapa menit kemudian. Jika korban mulutnya miring, tariklah
kedua daun telingany sampai merah dan langsung tusuk bagian bawah daun telinga
dg jarum steril sampai darah keluar ± 1-2 tetes. Setelah korban sadar dan
mulutnya sudah pulih kembali, barulah dibawa ke dokter/RS.
Biasanya orang yg
terkena STROKE pembuluh darahnya akan lebih cepat pecah karena goncangan dalam
perjalanan ke RS/dokter. Orang tsb dapat tidak sadar kembali/pingsan dan
biasanya akan cacat/lumpuh. (Kita harus ingat MENGELUARKAN DARAH dari jari
orang yg terkena STROKE, maka kita sudah bisa menolong orang tsb dari penyakit
STROKE).Share ini boleh diteruskan. Maka Tak terhinggalah jasa pahala anda,
indah berbagi teman, saudara , jgn berhenti ∂ï anda okeh.
Langganan:
Postingan (Atom)